Rabu, 26 Oktober 2011

Berpikir Merdeka (Memerdekakan diri)


Kehidupan dunia memang begitu indah. Sangat disayangkan ketika kita tak mampu merasakan nikmat dunia dengan rasa tenang dan damai. Tahu maksud saya?

Indah dan menggiurkan nikmat dunia. Namun akan menjadi semu saat kita tidak mampu mengelola kehidupan dunia dengan baik. Nikmat menjadi sesaat karena selebihnya terkandung keresahan dan kegelisahan. Resah dan gelisah yang tak disadari yang kemudian menjelma menjadi pikiran dan perilaku negatif. Kemudian kala pikiran dan perilaku negatif mulai merongrong diri, apakah sudah bisa dikatakan kalau kita sudah merdeka, merdeka pribadi?

Seperti apa merdeka pribadi itu?

Merdeka adalah ketika kita tak dipusingkan lagi atas komentar-komentar orang mengenai diri kita.

Merdeka adalah ketika kita tak terusik lagi karena perlakuan tidak baik atau yang tidak kita inginkan terjadi pada kita. Tak akan ada kesedihan untuk hal ini.

Merdeka adalah ketika kita tidak direpotkan dengan target pencapaian kemakmuran duniawi.

Merdeka adalah ketika kita mampu melakukan segala sesuatu tanpa embel-embel harapan akan penghargaan dari orang lain.

Merdeka adalah ketika kita tak sibuk mencari tahu mengenai kehidupan orang lain dalam konteks "memata-matai" sebagai bahan referensi menilai sikap orang lain. Dengan kata lain tidak disibukkan dalam rangka untuk menyimpulkan karakter orang lain.

Mengapa poin-poin di atas dapat dikategorikan sebagai merdeka pribadi?

Untuk definisi yang pertama, merdeka adalah saat kita bebas bersikap dan berperilaku, terbebas dari keinginan untuk memenuhi persepsi orang lain mengenai "baik" menurut versi mereka. Ada sepuluh orang, maka akan ada sepuluh definisi tentang baik. Apakah kita akan "membelah" diri menjadi sepuluh agar kita dikatakan baik oleh kesepuluh orang tersebut?
Bukankan Allah SWT telah memberikan sosok teladan? Sang Nabi pengakhir zaman. Sehingga kita tak akan terombang-ambing dalam menentukan sumber inspirasi yang kekal dan tak akan mengecewakan.

Perhatikanlah. Ketika seseorang menemukan "cacat" pada sosok penginspirasi kehidupannya, maka tak jarang yang muncul adalah kekecewaan. Bebaskanlah dirimu. Wajarkanlah dalam mencari sumber inspirasi di zaman sekarang. Sadarilah, manusia hanyalah sosok yang dhaif (lemah), pasti ada/ pernah tergurat kesalahan. Menyadari lemahnya manusia dan Maha Agungnya Allah SWT akan menggiring kita menjadi jiwa pemaaf. Pemaaf adalah salah satu wujud dari pribadi yang merdeka. Merdeka dari rasa dendam, benci juga sakit hati.

Tidak adanya kesedihan berkepanjangan akan perlakuan tidak baik terhadap diri kita adalah salah satu bentuk kemerdekaan diri. Kita merdeka dari penguasaan rasa sedih yang disebabkan orang lain. Jika kita masih terus-terusan bersedih, itu artinya kita tidak lagi mempunyai kendali terhadap rasa kita, orang lain tsb lah yang telah mengambil kendalinya. Maka menenangkan jiwa dari kesedihan atas perlakuan tidak menyenangkan dari orang lain adalah bentuk pemerdekaan diri.

Maksud dari "Tidak direpotkan dengan pencapaian target duniawi" adalah bahwa kita merdeka dari tekanan-tekanan akan pencapaian. Kita hanya perlu berusaha sebaiknya, toh akan ada yang memberikan hasil akhir, ialah Allah. Merdekakan diri dari tekanan, sehingga pencapaian duniawi akan menaut dengan pencapaian akhirat.

Melakukan segala sesuatu dengan adanya harapan akan dihargai orang lain, akan membuat kita tertekan. Tidak ada lagi kenikmatan dalam aktivitas tersebut, dengan kata lain kita telah terpenjara oleh harapan penghargaan tersebut. Merdeka adalah tidak adanya rasa tertekan.

Mencari tahu seluk beluk kehidupan orang lain merupakan bentuk tidak merdekanya diri kita dalam hidup. Kita disibukkan dengan menyelidiki atau mencari informasi kehidupan orang lain, sementara kita telah mengabaikan pencapaian-pencapaian hidup kita sendiri. Hidup kita berarti telah dihantui bayang-bayang kehidupan orang tersebut. Di mana lagi letak kemerdekaan pribadi?

Berpikir merdeka maka tindakan pun akan mendorong ke arah merdekanya pribadi kita. Merdeka pribadi bukan berarti juga apatis. Merdeka pribadi adalah merdeka dalam menikmati kehidupan, tanpa tekanan.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Menyusun Potongan Mimpi



22 Oktober 2011 - Tiap harinya pasti kita memiliki cerita yang tak sama dengan kemarin. Begitu juga dengan hari saya, hari ini. Semalam sebuah sms dari teman dekat mampir di ponsel. "Jam 7 besok  jogging yuk." Sumringah  tak bisa disembunyikan. Seorang teman layaknya seorang saudara sendiri. Sedikit geli karena si teman ini telah memiliki suami, dan saya menggodanya dengan meminta jadwal jogging kami dipercepat, jam 6 pagi. Hehehe, sudah pasti tidak bisa.

Jadilah jogging kami jam 7 pagi di kampus Unsri Indralaya. Ia menunggu  di depan Auditorium Unsri,  suaminya juga di sana bersama teman-temannya. Sekitar 15 M sebelum saya sampai di depan auditorium, teman saya ini sudah berjalan mendekat menghampiri. Say Hello, cipika-cipiki, maklumlah saya bekerja di kota berbeda dengannya dan kebetulan singgah di Indralaya. Rute awal jalan santai (joggingnya digantikan jalan santai, hehehe) yaitu Fakultas Kedokteran. Banyak pembangunan di kampus Unsri sekarang. Aktivitas kampus pada hari libur kuliah pun jauh lebih terlihat ramai sekarang. Berbeda jauh sewaktu saya masih semester awal di kampus ini, pemandangan yang biasa terlihat ketika libur adalah babi-babi liar yang berseliweran di tengah jalan kampus.

Area parkir Fakultas Teknik menjadi pilihan kami untuk beristirahat dan bercakap-cakap. Cerita-cerita selama kami tak bertatap muka pun mengalir satu persatu. Saya bercerita mengenai persiapan melanjutkan studi. Si teman bertutur mengenai usahanya bersama si suami mengelola Bimbel di kota ini dan juga rencana pengembangan di daerah lain.

Sebelumnya, beberapa tahun setelah kami kenal kami kerap berdiskusi mengenai pencapaian-pencapaian kami. Tak jarang kami pun terkadang mewujudkan beberapa mimpi bersama. Saling mendukung, mengingatkan dan memberi saran hingga sekarang pun masih tetap berjalan. 

Dulu, kondisi yang kami hadapi hampir sama. Dari sama-sama mahasiswa, sama-sama pejuang skripsi, sama-sama jobseeker. Walaupun dengan kondisi yang sama tetap saja kami memiliki pilihan-pilihan berbeda. Saya memilih Hukum Internasional untuk fokus studi ku, sedangkan dia Hukum Tata Negara. Dia memilih lebih fokus di aktivitas dakwah kampus sejak awal kuliah, sedang saya memilih pers mahasiswa dari awal hingga akhir kuliah, tapi sempat juga berkecimpung di area yang sama dengannya

Sekarang dia telah memiliki kehidupan baru, dan tentu saja tetap dengan dunia yang berbeda dari saya. Saya belum berkeluarga dan  pegawai swasta. Tapi hari ini membuktikan bahwa tiap pilihan dan dunia kami yang berbeda, kami masih tetap bisa bersama merumuskan mimpi-mimpi kami, meyusun potongan-potongan mimpi kami. 

Tiap cerita masing-masing telah menginspirasi dan memotivasi satu sama lain. Saya semakin mengerti, mengapa Rasulullah SAW mencintai Sayidinna Ali, tidak lain karena hati diikatkan oleh  Allah SWT. 

Ketika rasa ditempatkan pada posisi yang semestinya, maka Allah lah yang akan menjaga rasa itu.

Dengan pilihan dan dunia yang berbeda, setidaknya kami memiliki titik akhir yang sama, menciptakan generasi yang cerdas dunia dan akhirat. Sebuah pendidikan menyeluruh yang beradab. 

Senin, 17 Oktober 2011

Dahsyatnya Berperasaan Positif


Senin (17/10/2011), Alhamdulillah hari ini Saya berhasil mempresentasikan buku "Dahsyatnya Berperasaan Positif" pada HC Meeting Monthly. Antusiasme yang tak disangka-sangka dari peserta meeting.

Mungkin kita telah terbiasa mendengarkan orang-orang yang menyarankan orang lain untuk berpikiran positif. Dan ini adalah tentang bagaimana memiliki perasaan positif. Bagaimanakah contoh perasaan postif dan negatif? Riang, berani, semangat adalah betuk dari perasaan positif. Sedih, marah, murung merupakan contoh dari perasaan negatif. Dari perasaan-perasaan seperti ini munculah pemikiran-pemikiran untuk bertindak. Sehingga antara perasaan, pikiran, tindakan adalah kesatuan yang holistik.

Hasil akhir dari sebuah pikiran adalah tindakan. Maka dari manakah perasaan semuanya bermula?
1. Pengetahuan
Berawal dari kita mengetahui sesuatu, dan kemudian kita memberikan makna pada pengetahuan tersebut. Misal, kita baru mengetahui bahwa kita telah dibohongi oleh seorang sahabat setelah sekian tahun kita mempercayainya. 
Yang terbersit pertama kali setelah mendengar kebenaran itu pastilah perasaan MARAH. Marah adalah bentuk pemberian makna dari pengetahuan kita terhadap suatu peristiwa. 
Pengetahuannya adalah kebohongan sahabat, peristiwanya adalah mendengarkan kebenaran tentang seorang sahabat. Pemberian makna inilah yang dinamakan PERASAAN
2. Imajinasi
Imajinasi kita terhadap masa depan dan masa lalu tentu saja di dalamnya ada makna; perasaan.
Bagaimana kita menyikapi imajinasi adalah bergantung pada keinginan kita sendiri. Apakah kita akan memberikan perasaan positif atau terbelenggu dengan perasaan negatuf.
3. Kenangan
Ada kalanya memori masa lalu mencuat dari folder-folder yang telah kita simpan. Tidak salah jika kita mengingat kembali apa yang pernah terjadi. Yang kita perlukan adalah menyadari bahwa semuanya telah berlalu, agar kita tidak berkutat pada masa lalu. 

Tiga hal di atas adalah sumber-sumber dari perasaan; hal-hal yang mampu membangkitak perasaan. Adapun alur dari sebuah tindakan berasal adalah Pengetahuan, kemudian Perasaan, perasaan menimbulkan Pikiran, dan pikiran menghasilkan tindakan.
Jadi, untuk menghasilkan tindakan positif, maka terlebih dahulu kita harus memiliki perasaan positif.

Bagaimana memiliki perasaan positif
1. Berpikir tenang
Perasaan negatif akan cenderung mudah muncul ketika kita menghadapi sesuatu yang telah menggangu keseimbangan hidup kita, seperti keberlangsungan hidup, cinta, penghargaan. 
Berpikirlah tenang saat menghadapi hal demikian. Tarik napas dalam-dalam, hembuskan perlahan, ambil waktu sejenak sebelum berpikir dan berkata-kata. Bila masih sulit, coba ulangi cara sebelumnya tapi dengan menutupkan mata. Cara ini cukup membantu untuk berpikir tenang.
2. Jaga Cangkir Anda
Perasaan bisa diibaratkan cangkir. Isilah cangkir anda sendiri. Jangan biarkan orang lain menguasai cangkir anda. Karena yang berhak untuk mengisinya adalah anda. Jangan mudah terprovokasi dengan perkataan atau tindakan yang mampu membangkitkan emosi anda.
Jika hal itu terjadi, berarti anda telah membiarkan orang lain menguasai cangkir anda. Dengan kata lain perasaan anda telah dikendalikan oleh orang lain.
3. Reaframing
Pembingkaian ulang terhadap peristiwa yang telah kita hadapi sangatlah perlu. Mencoba memaknai setiap kejadian yang terjadi. Yakinlah pada proses tersebut sesungguhnya kita sendang diajarkan oleh Allah Swt tentang hal berharga di dalamnya.

Melihat sisi positif dari suatu peristiwa memang tidaklah mudah. Namun dengan selalu berada dalam jalurNya dengan sendirinya kita mampu memaknai kasihNya di balik peristiwa.

Jadi, silakan ISI CANGKIRMU DENGAN PERASAAN POSITIF.

(B.Lampung - dalam nafas cinta dari Mu dan pada Mu)