Rabu, 02 Mei 2012

Menjaga Optimisme


Hal yang manusiawi jika seseorang mengalami maju mundur untuk perubahan hidupnya. Maju mundur yang dimaksud di sini adalah keyakinan untuk melakukan perubahan hidup ke arah lebih baik.

Optimisme, inilah keyakinan yang lumrah mengalami pasang surut dalam kehidupan seseorang. Bahkan seorang motivator ulung pun akan merasakan surutnya si optimisme jika ia dalam suatu kondisi tertentu, terlebih lagi jika ia tidak mampu mengendalikan pikirannya.

Kekurangan harta, kelaparan, tidak adanya dukungan dari orang di sekeliling dan penolakan dari lingkungan atau masyarakat adalah merupakan kondisi-kondisi tertentu yang dapat menggoyahkan optimisme.
Sebaliknya, optimisme akan terpacu jika dikelilingi oleh orang-orang yang terus mendorong untuk maju, orang-orang yang menguatkan keyakinan untuk menghadapi tantangan-tantangan yang muncul bahkan jika dalam perjuangan untuk perubahan atau pencapaian sesuatu itu dilakukan bersama orang lain, tidak sendirian. Maka kemungkinan menurunnya semangat sangat kecil sekali.

Faktor Usia

Melemahnya optimisme ini lebih sering menyerang pada usia antara 21 – 28 tahun. Trendnya sekarang di kalangan muda menyebutkan serangan seperti ini adalah gejala GALAU. Terlepas dari penyebutan tersebut, mengapa galau atau surutnya optimisme terjadi pada usia tersebut.

Usia 21 – 28 tahun merupakan, umumnya, usia dalam fase pendewasaan seseorang. Dalam usia tersebut biasanya adalah usia di mana seseorang sedang menyelesaikan Tugas Akhir atau Skripsi untuk meraih gelar pendidikannya, dalam proses mencari pekerjaan, juga masa pencarian pasangan hidup.

Bagi seseorang yang dalam tahapan menyelesaikan kuliahnya, putus asa sering kali terjadi. Ketika penolakan bertubi-tubi datang dari dosen pembimbing dan adanya desakan dari orang tua untuk segera menyelesaikan studi mulai meruwetkan pikiran. Sedih dan merasa tidak kuat akan bertambah jadi saat tidak ada yang mampu membantu atau peduli.

Kemudian setelah meraih gelar pendidikan, seseorang akan mulai terpikir untuk membangun hidupnya sendiri secara mandiri, terutama mandiri finansial. Masalah datang ketika puluhan surat lamaran pekerjaan yang telah dikirim tidak mendapat respon satu pun dari perusahaan yang dituju. Lingkungan sosial yang kerap meragukan kemampuan lulusan perguruan tinggi pun terkadang tidak mampu menjadi pelecut optimisme, malah membuat down.

Gelar sarjana telah diraih, pekerjaan sudah mapan, tetapi masih ada yang terasa kurang dalam kemandirian hidup. Manusia secara kodrati telah diciptakan oleh Tuhan untuk berpasang-pasangan, maka kebutuhan untuk membutuhkan orang lain secara personal memang tidak ter-elakkan. Jadi lah judulnya Galau dalam pencarian tujuan hidup. Usia terus bertambah tiap tahunnya, teman-teman kantor atau seperkumpulan pun telah punya banyak bontot di belakangnya. Optimisme pun menurun ketika tidak jua menemukan pasangan yang pas. Kurang cantiklah atau gantenglah, kurang sopan, tidak pengertian, ekstrimnya lagi pemikiran mengenai status sosial yang berbeda.

Menjaga Optimisme
Tidak ada yang salah jika mengalami surutnya optimisme, hanya saja perlu tindakan yang cerdas untuk mengatasinya sehingga hidup tidak selau dirudung keputusasaan. Berikut beberapa tips untuk menjaga optimisme.

1.    Pengkondisian lingkungan

Jika hidup di dalam lingkungan keluarga atau sosial yang memiliki kecenderungan melemahkan usaha-usaha pencapaian hidup, maka yang diperlukan adalah mengkondisikan lingkungan itu sendiri.

Untuk mengubah mindset orang banyak sangat memerlukan perjuangan dan waktu yang lama. Tetapi yang lebih utama adalah menciptakan mindset sendiri yang tidak terpengaruh dengan kondisi seperti itu. Carilah lingkungan atau teman-teman dengan tipe pribadi yang selalu berpikiran positif dan optimis. Berbagi cerita dengan tipe orang seperti itu akan membukakan pikiran untuk tetap semangat, malahan terkadang mendapatkan solusi dan saran dalam menghadapi situasi.

Namun bila orang-orang seperti itu sulit ditemukan dalam lingkungan Anda atau mungkin tidak banyak membantu, membaca biografi atau profil orang-orang sukses juga mampu membakar api semangat. Banyak kisah hidup orang sukses di Indonesia sendiri atau dari negara lain yang kesuksesannya dibangun dari nol juga hambatan dan tantangan yang mereka hadapi.

Mengubah tampilan atau set ruangan kamar tidur dan meja kerja juga mampu menstimulasi otak untuk optimis. Tempel beberapa kata motivasi di tempat-tempat yang mudah dibaca dalam ruangan tersebut, menggantung foto orang tua atau orang yang disayangi, menyetel lagu-lagu yang bisa menciptakan suasana hati gembira atau menenangkan merupakan cara-cara pengkondisian lingkungan juga. Nilai lebih jika dengan cara-cara tersebut secara tidak sadar Anda telah menularkan energi optimis ke orang sekitar Anda.

2.    Mind Map

Mind Map atau peta pikiran akan membantu menjaga track dalam pencapaian hidup. Rumuskan kembali apa yang ingin dicapai atau tujuan hidup. Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Oppurtunities, Threaths) bisa digunakan dalam menyusun Mind Map.

Penggunaan banyak warna dan gambar dalam Mind Map memudahkan untuk mengingat. Hal ini juga mampu membantu visualisasi Mind Map dalam pikiran. Setelah selesai menyusun Mind Map, lihat kembali dan tanamkan dalam pikiran. Memvisualisasikan kebahagian dan kesuksesan di akhir peta pemikiran dapat menguatkan hati untuk menyegerakan tindakan-tindakan pencapaian.

3.    Meningkatkan Kekuatan Ruhiyah

Hati dan pikiran merupakan entitas dalam kehidupan tiap manusia. Pikiran positif adalah wujud dari hati yang bersih. Dan hati yang bersih akan mudah dicapai ketika secara ruhiyah orang tersebut memiliki keimanan yang kuat terhadap Sang Pencipta.

Hakikatnya iman seseorang mempunyai kecenderungan naik turun, dan hal ini akan mempengaruhi juga suasana hati dan pikiran. Untuk menjaga hal ini, peningkatan iman melalui ibadah sangat dibutuhkan. Kedekatan dengan Tuhan akan membantu dalam mengkondisikan hati untuk legowo dalam setiap hambatan.

Pada prinsipnya, apa yang akan dijalani dan diterima dalam hidup telah ditetapkan oleh Sang Pemilik Kehidupan. Berhenti dalam campur tangan menentukan akhir pencapaian akan membantu mengurangi stress dalam tahap pencapaian. Berhenti yang dimaksud disini adalah ngotot dalam keadaan yang tidak berpihak. Sebagai contoh, saat tidak kunjung mendapatkan pekerjaan walaupun, dirasakan, usaha sudah maksimal mulai berpikir bahwa Tuhan tidak adil atau tidak sayang. Dalam kondisi tersebut jika ruhiyah atau iman dalam keadaan stabil, maka optimisme akan tetap ada dalam pikiran. Karena saat usaha maksimal, tapi Tuhan berkehendak lain, mungkin inilah jalan yang pantas dilalui untuk mendapatkan “hadiah” dari Tuhan yang besar.

Tetap menjaga ibadah wajib secara rutin ditambah ibadah sunnah benar-benar membantu menjaga pikiran untuk tetap positif dan optimis. Yakin saja, akan ada pelangi di antara rangkaian hujan.

4.    Tetap Fokus dalam Usaha Pencapaian

Masih berkaitan dengan tindakan di atas, tetap fokus dalam usaha pencapaian merupakan wujud dari kekuatan ruhiyah. Penentu hasil akhir usaha-usaha adalah Tuhan, tidak ada yang lain. Sehingga yang perlu diperhatikan adalah usaha atau tindakan yang dilakukan dalam pencapaian sesuatu.

Evaluasi kembali apa yang menyebabkan usaha tersebut belum membuahkan hasil. Bagi yang dalam proses menyelesaikan studi, mungkin apa yang diteliti atau ditulis memang masih terdapat kelemahan. Adanya penolakan dari dosen mungkin dengan tujuan Tugas Akhir tersebut pada saat akan diuji, sedikit kemungkinan untuk menemukan kelemahannya. Sehingga hasil penelitian tersebut akan benar-benar berguna dalam lingkungan akademis bahkan kehidupan.

Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kualitas diri atau soft skill dalam masa menemukan pekerjaan yang layak akan membuahkan hasil yang sesuai dengan apa yang telah diupayakan. Prinsip No pain, No gain memang berlaku dalam kehidupan ini. Selalu menanamkan pemikiran tersebut akan mampu melecut semangat dalam memfokuskan diri dalam tindakan-tindakan positif. Ketekunan akan berbuah manis, seperti itulah apa yang dijalani para Milyuner di berbagai penjuru dunia. Sebaliknya, upaya instan akan menghasilkan “manis” yang instan pula.

5.    Menjaga Hubungan Baik dengan Orang Tua

Doa orang tua, terutama Ibu, merupakan doa-doa yang akan didengar Tuhan. Restunya Ibu adalah ridhonya Tuhan. Senantiasa mengingat orang tua apalagi usaha-usaha yang mereka lakukan akan menjadi pembakar semangat dalam mengejar impian. Terlebih dengan doa-doa mereka maka Tuhan pun akan membukakan jalan dalam pencapaian tersebut. Seumur hidup usaha yang dilakukan untuk membahagiakan orang tua tak akan pernah sama dengan perjuangan mereka mengantarkan anaknya ke puncak kesuksesan. Bersikap santun dan lemah lembut dengan orang tua adalah salah satu bentuk ungkapan terima kasih atas pengorbanan mereka.

6.    Menghargai Diri Sendiri

Optimisme akan selalu muncul dalam diri bila senantiasa diiringi dengan menghargai diri sendiri. Putus asa tidak akan timbul bila memiliki konsep diri untuk tidak menyalahkan diri sendiri atas kegagalan atau ketertundaan pencapaian. Merendahkan diri sendiri akan melemahkan hati untuk melanjutkan usaha-usaha pencapaian. Merendahkan diri yang dimaksud adalah mengutuk kekurangan yang dimiliki. Sedangkan merendahkan diri dalam konteks mengakui kelemahan sangat disarankan dalam berdoa kepada Tuhan. Nobody is perfect,  keyakinan ini akan membantu merilekskan pikiran dan tetap berbaik sangka pada ketentuanNya.

Selain itu, menghadiahi diri sendiri atas usaha yang telah dilakukan terkadang perlu. Hal ini merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap diri sendiri. Jalan-jalan, wisata kuliner atau melakukan hal yang disenangi bisa dilakukan, selain untuk memberi reward apa yang sudah diusahakan juga untuk merehatkan pikiran sejenak.

Dari beberapa tips yang dipaparkan di atas, pada dasarnya yang terpenting adalah Keep Positive Thinking. Masih banyak cara-cara lain untuk menjaga optimisme. Bisa ditambahkan sendiri berdasarkan pengalaman pribadi atau kisah orang sukses lainnya. Just Keep Fighting.

Minggu, 08 April 2012

Smart Parenting: Penyebab Anak Stress

Saya selalu tertarik dengan proses pendidikan, bukan saja dalam kerangka institusional namun juga untuk ruang lingkup yang sederhana yaitu, keluarga.

Pendidikan dalam keluarga adalah bekal awal anak untuk "siap dilepas" di lingkungan sosial. Berikut ada kutipan artikel dari www.kompas.com yang mengupas mengenai penyebab anak stress seperti yang dipaparkan oleh Rustika Thamrin, Spsi, CHt, CI, MTLT, psikolog dari Brawijaya Women and Children Hospital


1. Melarang anak menangis
Semua orangtua pasti ingin anaknya menjadi anak yang hebat. Namun seringkali orangtua tidak menyadari bahwa kata-kata motivasi yang diberikan justru membebani anak, dan mungkin saja membuat mereka menjadi stres. "Beban dan tekanan ini terutama dialami oleh anak laki-laki dibanding perempuan, karena di kultur Indonesia laki-laki itu dianggap mahluk yang paling kuat sehingga tidak boleh menunjukkan kelemahannya sedikit pun," ungkapnya.
Pola pikir anak-anak dan dewasa berbeda. Anak, terutama pada balita, hanya akan menyerap kata-kata yang terdengar, dan belum bisa memprosesnya dengan sempurna seperti yang dilakukan orang dewasa. Misalnya, ketika anak terjatuh dari sepeda dan kemudian menangis. Jika yang terjatuh adalah anak perempuan, orangtua biasanya akan membiarkannya untuk menangis. Tetapi ketika yang mengalami adalah anak laki-laki, orangtua pasti akan melarangnya menangis diiringi pesan, "Kamu tidak boleh menangis", "Kamu kan laki-laki, tidak boleh cengeng", atau "Kamu kan anak laki-laki yang kuat, luka ini tidak ada apa-apanya."
Sekilas, tak ada yang salah dengan kalimat tersebut, karena tujuannya memotivasi anak untuk tidak cengeng. Namun, ketika diserap oleh otak anak, kalimat ini akan memiliki arti yang berbeda. Kalimat tersebut akan diterima sebagai sebuah perintah, yang akan selalu ada di otak mereka sampai dewasa. Masuknya perkataan ini ke otak anak akan membuat anak selalu menahan tangisnya, dan memendam perasaan sedihnya. Hal inilah yang membuat anak menjadi stres. "Tidak heran kalau laki-laki jarang dan malu menangis, karena dari kecil sudah dijejali dengan perkataan seperti itu. Padahal orang sah-sah saja untuk menangis dan mengeluarkan perasaan mereka," tambah Rustika. Menangis boleh saja, yang harus dikontrol adalah frekuensinya.

2. Perilaku orangtua tidak konsisten

Menurut penelitian, anak-anak usia 1-7 tahun akan lebih mudah menyerap berbagai hal di sekitarnya melalui bahasa tubuh seseorang (90 persen), intonasi suara (7 persen), dan kata-kata (3 persen). "Orangtua yang plin-plan akan membuat anak kebingungan, dan akhirnya stres karena orangtuanya tidak konsisten," tambahnya. Seharusnya orangtua bersikap tegas dalam mendidik anak, dan antara suami dan istri bekerjasama agar tercapai kata sepakat. Misalnya, anak dihukum ketika melakukan sebuah kesalahan. Namun ketika ia mengulangi kesalahannya, orangtua tidak menghukumnya. Bahasa tubuh orangtua yang tidak konsisten ketika menghadapi masalah yang sama, seperti kadang bersikap galak dan kadang baik, akan membuat anak tertekan.

3. Membeda-bedakan anak

Banyak orangtua yang secara tak sadar membeda-bedakan anaknya. Meski dalam perbuatan tidak terlalu terlihat, namun intonasi suara yang turun naik ketika menghadapi kakak dan adik akan membuat anak merasakan adanya pembedaan sikap orangtua. "Ketika adik kakak berkelahi, biasanya nada bicara orangtua akan lebih lembut ke adik dibanding kakak, karena mengganggap bahwa kakak yang sudah lebih dewasa harus mengalah," bebernya. Intonasi suara yang berbeda ketika menghadapi kakak dengan nada yang keras, dan adik dengan nada yang lembut, akan membuat si kakak merasa si adik lebih disayang dan ia pun menjadi tertekan.

4. Labeling pada anak
Salah satu yang paling berbahaya yang dilakukan orangtua kepada anak adalah memberi label atau cap kepada anak. Kata-kata seperti, "Dasar kamu anak pemalas", atau "Kamu kegemukan, makanya pakai baju apa saja tidak ada yang cocok", atau "Kamu kok lemot sih, nggak pinter seperti kakakmu?". Hati-hati, labeling, apalagi yang diiringi dengan tindakan membanding-bandingkan anak, tak hanya membuat anak merasa tertekan, tetapi juga mengalami luka batin yang akan terbawa hingga ia dewasa.

5. Terlalu sering melarang
Ketika anak berusia 4-6 tahun, anak sedang berada dalam zona kreatif dengan peningkatan rasa ingin tahu dan ingin belajar yang sangat tinggi. Namun, sikap kreatif anak dan daya ekplorasinya dianggap sebagai kenakalan orangtua, lalu berusaha membatasi gerak mereka. "Jangan main di sana", atau "Jangan dipegang-pegang!", dan masih banyak kata larangan lain yang digunakan orangtua untuk membatasi kreativitas anak. Meski memiliki tujuan yang baik agar si anak tidak terluka, namun kata-kata "jangan" dan "tidak" ternyata bisa membuat anak menjadi stres karena mereka tidak bebas untuk melakukan apapun.
Gunakan kata-kata lain yang lebih baik untuk mengarahkan anak, sehingga anak akan menerimanya dengan positif. Anak akan mengerti bahwa Anda melarangnya melakukan hal tersebut karena berbahaya, dan bukan karena tidak sayang pada anak. "Kalau selalu dilarang, suatu saat anak bisa mencuri-curi untuk melakukannya saat Anda tidak tahu," ujar Rustika.

Semoga sedikit tulisan ini berguna untuk menciptakan generasi-generasi yang baik.

Senin, 30 Januari 2012

Aku Benci Dia



“Aku benci dia”

Dalam catatan hidup kita, mungkin ada satu dua orang yang pernah mendatangkan luka. Apa respon yang biasanya muncul? Marah? Kemudian benci? Selanjutnya mendendam?

Pada umumnya yang pertama kali muncul dalam perasaan orang yang disakiti adalah kesedihan. Dan kemudian timbul pemikiran dengan kemarahan bahwa tidak selayaknya diperlakukan seperti itu oleh orang tersebut. Dari sini lah benci berawal, dan tak sedikit yang selanjutnya melahirkan rasa dendam yang bersemayam dalam dada.

Benci? Apa hak kita untuk membenci? Karena kita lebih baik yang berarti lebih sempurna dari orang itu? Tidak, kita semua sama manusia. Dalam kapasitas yang sama, memiliki kecenderungan berbuat salah. Layaknya banyak kaum arif yang berkata, hanya ketakwaan yang membedakan kita. Lantas siapa yang tahu kadar ketakwaan seseorang? Tidak ada, selain Rabbul izzati.

Dalam shirah nabawiyah pun tak pernah tercatat bahwa Rasulullah membenci seseorang yang telah melukai hatinya.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Jangan kalian saling hasad, jangan saling mencurangi, jangan saling membenci, jangan saling menjauhi, jangan kalian menawar barang yang sedang ditawar orang lain. Jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh membohonginya dan tidak boleh menghinanya” (HR. Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam juga bersabda: “Orang yang mencintai sesuatu karena Allah, membenci sesuatu karena Allah, memberi karena Allah, melarang sesuatu karena Allah, imannya telah sempurna” (HR. Abu Daud, di-shahih-kan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud).

Sepotong kisah yang mungkin akan membantu dalam memaknai benci yang tidak dibenarkan:
Suatu ketika di Gaza, (dalam sebuah pasukan) ada seorang dari suku Muhajirin mendorong seorang lelaki dari suku Anshar. Orang Anshar tadi pun berteriak: “Wahai orang Anshar, ayo berpihak padaku”. Orang Muhajirin tersebut pun berteriak: “Wahai orang Muhajirin, ayo berpihak padaku”. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun mendengar kejadian tersebut, beliau bersabda: “Pada diri kalian masih terdapat seruan-seruan Jahiliyyah”. Mereka berkata: “Wahai Rasulullah, seorang muhajirin telah mendorong seorang dari suku Anshar”. Beliau bersabda: “Tinggalkan sikap yang demikian, karena yang demikian adalah perbuatan busuk” (HR. Al Bukhari).

Jadi semakin jelas, kerangka membenci harus dikarenakan oleh Allah, bukan karena dorongan nafsu semata. Rasa sakit karena perbuatan orang lain mungkin masih membekas, dengan belajar melihat kekurangan dalam diri sendiri bisa membantu menghilangkan rasa benci dan dendam.

Mungkin saat ini orang tersebut telah menyakiti Anda, bisa jadi di lain waktu atau pada masa lampau Anda juga pernah secara sadar atau tanpa sadar menyakiti orang lain dengan perbuatan atau ucapan. Apa yang Anda harapkan setelah menyadarinya selain penerimaan maaf dari orang tersebut. Dan pastinya kita juga tidak ingin hidup dalam kebencian orang lain.


Marah memang diperbolehkan, sebagai suatu reaksi dari aksi. Marah lah sewajarnya sehingga hati tak akan terkukung dalam kebencian.


Sabtu, 14 Januari 2012

Trend Perjuangan Indonesia Era Demokrasi


Masih ingat mata pelajaran Sejarah pada masa sekolah dulu? Pada umumnya materi pelajarannya berkisar pada cerita perjuangan merebut kemerdekaan. Perjuangan melawan kolonial, baik dengan kekuatan atau pun ideologi. Sosok berkararakter kuat, berpendirian, visioner dan peduli terhadap rakyat kecil pun tergambar kuat dalam benak kita. Bagaimana dengan keras dan pantang mundurnya para pahlawan berusaha menggusur kolonial dari tanah air. Inilah tipe perjuangan zaman pra kemerdekaan.

Beda zaman, beda pula medannya. Saat ini tidak ada lagi meneer yang hilir mudik di pedesaan yang merongrong rakyat untuk meminta secara paksa akan hasil keringat mereka. Upeti itu lah nama yang lebih familiar. Bukan zamannya lagi menuntut dengan mengacungkan bambu runcing. Tahu potret perjuangan sekarang? Tentunya dipengaruhi medan juangnya juga.

Ini zaman reformasi, bung. Setiap orang bebas bersuara, menyatakan pendapat. Begitulah sekarang. Musuh bukan lagi para meneer berambut pirang. Tapi saudara setanah air sendiri. Setiap harinya mata dan telinga kita telah dibiasakan dengan kabar kreativitas para pengunjuk rasa dari berbagai penjuru pulau. Bakar ban, bakar gedung, bakar diri, jahit mulut. Dan yang terbaru, yang lebih menggelikan adalah wakil rakyat desa (Kepala desa beserta perangkatnya) mendemo wakil rakyat pula (Presiden dan keroconya).

Dari demo para kepala desa itu seharusnya kita pun bisa sama-sama mengkaji. Orang yang punya jabatan wakil rakyat pun tidak didengarkan oleh wakil rakyat yang lebih tinggi. Wajar saja kalau rakyat biasa lebih memilih memprotes menghakimi diri sendiri dengan cara jahit mulut dan bakar diri. Atau bisa jadi juga di negeri ini sebenarnya isinya lebih banyak orang-orang yang ngotot ingin segera diwujudkan keinginannya.

Tidak heran jika sekarang seminar atau pelatihan yang dipadati oleh pesertanya adalah yang berbicara tentang pemulihan jiwa, hypnotheraphy, atau bisa dikatakan cara mengatasi diri sendiri.

Inilah realita sekarang. Perjuangan yang tidak lagi menyakiti orang lain untuk mendapatkan keadilan, tapi malah menyakiti diri sendiri. Dan juga bukan lagi perjuangan melawan orang lain, tapi perjuangan melawan (ego) diri sendiri.

Selasa, 27 Desember 2011

Seni Konseling


Manusia diciptakan oleh Tuhan tidak untuk sendiri. Manusia merupakan makhluk sosial. Sehingga kebutuhan akan sesama maupun makhluk lain adalah kodrat kita sebagai manusia. Sebagai makhluk sosial kita berinteraksi dengan orang lain. Tujuannya pun beragam bisa untuk kepentingan bisnis, untuk pencapaian tujuan yang sama (organisasi), dan juga untuk kepentingan pribadi atau bisa disebut kebutuhan akan teman.

Tuhan adalah sosok yang adil. Dia tidak meminta semua kasih dan cinta makhluknya hanya untukNya. Karena itulah Dia berikan makhluknya rasa kasih, butuh dan cinta untuk sesama makhluknya.

Di dunia yang semakin berkembang ini, tuntutan hidup ikut pula bertambah. Masalah-masalah pun terkadang menuntut penyelesaian yang cepat dan matang. Tidak bisa dipungkiri manusia terkadang membutuhkan orang lain untuk membantunya menyelesaikan problema hidup. Atau sekedar untuk berbagi, ikut merasakan masalah yang dihadapi. Terkadang hal ini dirasakan cukup bagi sebagian orang.

Di perusahaan tempat saya bekerja, kebutuhan seperti hal tersebut di atas menjadi perhatian oleh departemen kami, Human Capital Departement. Dalam departemen kami ada program “Month of Counselling” sebagai wujud kepekaan kami atas hal tersebut. Konselor perusahaan adalah seluruh staff Human Capital, termasuk saya sendiri.

Banyak hal yang saya dapatkan dari komunikasi antar personal, informasi, pengetahuan, pengalaman, dan pembelajaran yang mungkin tidak saya dapatkan jika tidak adanya program ini. Konseli yang saya hadapi pun mempunyai latar belakang beragam; pendidikan, keluarga, ekonomi, komunitas sosial.

Para konseli juga merupakan karyawan di perusahaan tempat saya bekerja, hanya saja berbeda departement. Mereka cukup antusias mengikuti program ini. Selalu saja menarik dari tiap cerita yang mereka tuturkan. Bagi saya sendiri setiap sesi konseli merupakan hal yang menarik juga bagi saya. Setiap konseli yang mendatangi saya pada awalnya mereka berpikir bahwa sesi konseli tidak akan menyita banyak waktu. Namun ternyata, setelah satu persatu cerita mereka tuturkan, waktu dua jam yang telah mereka gunakan pun tak terasa. Pernah salah satu konseli sebelum memasuki ruangan saya bertanya pada temannya yang sudah saya konseling,

“koq kamu lama amat di dalam, Ton? Ditanyain apa aja sama bu Lusi?”
”Cuma ngobrol-ngobrol biasa aja, Pak,” jawabnya sambil tersenyum.

Dan setelah si bapak penanya ini selesai menjalani sesi konseling bersama saya, keluar ruangan saya dan melihat jam di atas pintu ia pun terkejut, “waduh bu Lusi, ternyata saya lebih lama dari Pak Anton, “ ujarnya dengan diiringi tawa lepasnya.

Saya hanya tersenyum. Rekan-rekan sesama HC saya pun mengerti mengapa mereka tanpa sadar telah menghabiskan waktu dua jam dalam sesi konseling.

Yang perlu dimengerti dari konseling adalah mindset tentang konseling itu sendiri. Pada dasarnya konseling bukanlah sesi intervieuw atau tanya jawab antara konselor dan konseli. Konseling merupakan sesi di mana konseli menceritakan permasalahannya dan konselor membantu menemukan penyelesaiannya.

Konselor yang baik dan benar adalah konselor yang mampu menggerakkan konseli bercerita dengan lugas. Lugas berarti ia bisa dengan nyaman bercerita dengan jujur dan penuh rasa. Bukanlah hal yang tepat jika konselor mengemukakan pandangan pribadinya atas permasalahan si konseli, terlebih ia menjudge konseli atau pada orang-orang dalam cerita si konseli.

Yang perlu dilakukan konselor adalah:
1. Mendengarkan seksama cerita/ permasalahan si konseli;
2. Menganalisa cerita/ permasalahan;
3. Membingkai ulang (reaframing) masalah;
4. Membantu konseli menganalisa sumber masalah;
5. Membantu konseli menemukan solusi melalui diskusi analisa masalah dan uji SWATT solusi;
6. Selalu menggunakan kata-kata positif

Solusi akan lebih mudah diterima oleh konseli bila konselor menggunakan kata-kata positif dalam penyampaian bukan kata-kata perintah. Misal, “Mulai sekarang Bapak JANGAN lagi merokok.” Kata-kata ini tentu saja akan ditolak mentah-mentah oleh konseli. Karena kata “JANGAN” itu bernada perintah.

Cobalah dengan katakan, “Alangkah baiknya jika Bapak mulai saat ini uang yang sering Bapak gunakan untuk membeli rokok ditabung untuk pendidikan si kecil. Dan pada saat si kecil telah menamantkan sarjananya, Bapak bisa tertawa sambil berkata Wah, ini hasil jatah uang rokok saya dulu.” Bisa dipastikan si konseli pun akan sumringah dan melangkah ke luar ruangan konseling dengan penuh rencana positif.

Sebenarnya sifat dari manusia itu sendiri, tidak semuanya membutuhkan bantuan pandangan atau ide dalam pemecahan masalahnya. Terkadang kita hanya butuh orang yang mendengarkan dan berempati terhadap masalah kita. Mungkin sedikit gambaran solusi juga dibutuhkan. Tapi keputusan final mengenai solusi yang akan digunakan kembali pada masing-masing pribadi.

Di sini lah pentingnya pemahaman posisi sebagai konselor. Konselor adalah pemandu/ pengarah kepada solusi yang tepat. Tujuan konselor yang sebenarnya adalah membuat konseli pada saat keluar ruangan konseling dipenuhi semangat dan rencana tindakan yang tepat. Dan tujuan konseli sendiri adalah menemukan solusi pemecahan masalah. Berikut hal-hal yang boleh dan tidak dilakukan oleh konselor agar tujuan konselor dan konseli tercapai:
1. Jangan melihat jam/ waktu
2. Usahakan tetap fokus melihat konseli, sesekali bisa melihat ke arah samping kiri-kanan konseli untuk meregangkan otot mata. Namun jangan melihat ke arah jendela atau luar ruangan, karena perhatian si konseli akan terpecah.
3. Berikan pujian yang wajar pada hal-hal istimewa yang diceritakan konseli. Hal ini mampu membuat konseli nyaman dan merasa didengarkan.
4. Jangan terprovokasi untuk memberikan pandangan pribadi terhadap isi cerita konseli.
5. Sebelum sesi konseling, pelajari dahulu latar belakang konseli. Dengan adanya informasi mengenai konseli, konselor mendapatkan gambaran awal tentang konseli yang akan dihadapinya. Hal ini bermanfaat untuk membantu konselor mempersiapkan diri menghadapi karakter konseli.

Konseling merupakan ketrampilan dalam memahami dan menghadapi bermacam-macam karakter. Pemahaman atas karakter tidak hanya bisa didapatkan dari buku-buku, namun pergaulan dalam kehidupan sosial pun dibutuhkan. Sejatinya konselor harus orang yang telah mengenal karakternya sendiri juga mampu menganalisa problem dan solusi sendiri.

Minggu, 25 Desember 2011

Menikmati Sungai Musi dari Berbagai Sudut Jembatan Ampera




Pemenang Lomba Essay Jelajah Musi-Kompas

Dulu dan Kini

Ketika kata “Sungai Musi” diucapkan, apa yang langsung muncul di benak Anda? Banyak yang akan langsung teringat pada Jembatan Ampera. Jembatan yang terbentang di atas sungai Musi dengan panjang 1.177 meter, lebar 22 meter dan tinggi 11,50 meter di atas permukaan air. Dulu, jembatan ini pada bagian tengahnya dapat daingkat dan dilalui kapal yang memiliki tinggi maksimum 44, 50 meter.

Ada juga yang berpikir, terutama yang berasal dari luar Sumatera Selatan, bahwa Sungai Musi itu sungai yang terletak persis di bawah Jembatan Ampera. Padahal Sungai Musi panjangnya mencapai 720 km. Sungai yang membelah Propinsi Sumatera Selatan dari Timur ke Barat ini bercabang-cabang. Sungai Musi memiliki delapan anak sungai besar yaitu, Sungai Komering, Ogan Lematang, Kelingi, Lakitan, Semangus, Rawas dan Batanghari Leko.

Sungai Musi dan Jembatan Ampera menjadi salah satu kebanggan Sumatera Selatan, tak terkecuali saya. Pada era 1990an, saya selalu menanti kesempatan diajak oleh orang tua saya jalan-jalan ke Palembang. Karena saya suka sekali menaiki Perahu Ketek dan Perahu Motor (Speed Boat). Saya berasal dari Kota Prabumulih, sehingga jika ke Palembang saya harus menggunakan bus umum jurusan Palembang-Prabumulih. Bus ini menurunkan penumpangnya di daerah Seberang Ulu Sungai Musi tepatnya di bawah Jembatan Ampera, daerah ini disebut Bawah Proyek. Dari Bawah proyek ini tujuan keluarga saya ialah daerah Seberang Ilir, pusat kota Palembang. Untuk menyebrang kami harus menggunakan jalur air dengan Ketek atau juga bisa dengan Perahu Motor. Karena saat itu transportasi umum dengan jalur darat masih sangat sedikit.

Saya sangat menikmati ketika duduk di dalam alat transportasi air ini, merasakan deru angin yang menyibakkan rambut. Atau biasanya saya menikmati pemandangan di bawah Ketek dengan air yang masih jernih serta pemandangan sekitar sungai yang disebut sebagai Batanghari Sembilan ini. Banyak Perahu Ketek, Perahu Tongkang, Rakit dan Perahu Motor yang berpapasan dengan kami. Hal ini menandakan bahwa dulunya masyarakat masih banyak bergantung pada alat transportasi ini.

Kalimat Lain Dulu Lain Sekarang dapat dilekatkan dengan suasana daerah Sungai Musi, terutama di kawasan Kota Palembang. Sekarang tidak banyak lagi masyarakat yang menggunakan transportasi air sebagai angkutan umum untuk menyebrang. Perahu Tongkang, Rakit, dan Ketek sekarang sering digunakan untuk mengangkut barang dan hasil bumi. Transportasi darat yang sudah semakin lancar menjadi salah satu faktornya.

Cara Menikmati Sungai Musi

Sungai Musi, khususnya kawasan bawah Jembatan Ampera bagian Seberang Ilir, merupakan kawasan pusat wisata sejarah. Hal ini tidak terlepas dari peran Sungai Musi pada zaman Kerajaan Sriwijaya yang menjadi jantung kerajaan. Banyak peninggalan sejarah yang berada di tepian sungai ini. Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak (BKB), Monpera (Monumen Penderitaan Rakyat), Kantor Ledeng, sekarang Kantor Walikota Palembang, Masjid Agung Palembang yang dibangun oleh Sultan Mahmud Badarudin I, hingga Museum Sultan Mahmud Badaruddin II yang berdiri di lokasi Benteng Kuto Lamo bersebelahan dengan BKB. Bangunan-banguan ini baru sebatas bangunan sejarah yang ada di seputaran Jembatan Ampera yang dapat dinikmati hanya dengan berjalan kaki, karena kawasannya yang tidak berjauhan.

Saya sendiri sering duduk di tepian Sungai Musi, di area dermaga wisata Benteng Kuto Besak. Di tempat ini terdapat pagar pembatas dengan sungai yang terbuat dari semen. Selain itu terdapat beberapa bangku yang juga terbuat dari semen. Saya memilih waktu sore hari untuk menikmati pemandangan di tepian Sungai Musi ini.

Pedagang kaki lima semakin banyak ketika malam mulai menjelang, karena pada waktu inilah masyarakat yang berdatangan pun bertambah. Terlebih jika digelar pertunjukan di atas panggung yang dibangun pemerintah di kawasan ini.

Pilihan menikmati Sungai Musi di bawah Jembatan Ampera menjelang malam, bukan tanpa alasan. Selain udara yang cukup panas saat siang hari, Jembatan Ampera menjadi daya tarik sendiri. Ketika gelap mulai menyelimuti Kota Palembang, lampu-lampu yang dipasang di jembatan ini seakan menyihir mata. Seperti melihat bintang-bintang yang tergantung rendah. Kendaraan milik pengunjung pun ikut menyesaki kawasan bawah Jembatan Ampera daerah Seberang ilir ini tiap malamnya. Menandakan bahwa masyarakat tidak pernah bosan untuk menikmati suasana di sini.

Tidak perlu takut kelaparan bila berada di seputaran tepian Sungai Musi BKB, karena pedagang makanan pun menjamur. Dari makanan tradisional (pempek, mie celor, model dan lain-lain) hingga makanan dari daerah lain (bakso, mie ayam, dan lain-lain). Ada juga warung terapung yang menyajikan makanan khas Palembang.

Pada pagi hari, terutama saat hari libur, kawasan ini dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai arena olahraga. Banyak yang menjalani aktivitas lari pagi dan Senam Kesegaran Jasmani.

Tidak hanya dari kawasan bawah Jembatan Ampera kita dapat menikmati pesona Sungai Musi dan perangkatnya. Dari atas jembatan pun keelokan Sungai Musi dapat dirasakan. Pada malam hari cobalah untuk melemparkan pandangan ke arah kawasan Pasar 16 Ilir. Maka mata pun akan terpana seperti melihat kota terapung karena pesona perpaduan lampu-lampu yang berasal dari PT Pusri Sriwijaya dan Pertamina yang terletak di pinggir sungai.dengan gelapnya Sungai Musi.

Menghidupkan Sungai Musi

Upaya menghidupkan Sungai Musi tidaklah mudah. Karena luas Sungai Musi sendiri tidak hanya sebatas sungai yang berada di pusat kota Palembang, tapi meliputi sungai-sungai yang menjadi cabangnya yang berada di beberapa daerah, di antaranya Kabupaten Empat Lawang, Musi Banyuasin dan Banyuasin.

Kadang terbesit di pikiran saya, mengimpikan Sungai Musi menjadi Venice-nya Indonesia. Terlebih saat melintasi Jembatan Ampera, akankah rasa kebangaan saya akan terus bertahan. Keraguan ini muncul seiring dioperasikannya jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) yang juga tak kalah mampu menahan decak kagum orang yang melihatnya. Tapi perasaan itu sedikit terhibur ketika malam menjelang karena indahnya pemandangan kolaborasi Sungai Musi, Jembatan Ampera dan cahaya-cahaya dari lampu-lampu daerah sekitar.

Namun sayang sekali karena kawasan ini hanya dapat memberikan pemandangan yang membanggakan tersendiri pada malam hari. Saya sendiri agak enggan melihatnya. Karena di siang hari terlihat jelas keruhnya air Sungai Musi.

Banyak faktor yang menyebabkan keruhnya Sungai Musi. Sanitasi yang buruk, limbah industri dan rumah tangga, aktivitas penambangan dan tidak adanya kesadaran dalam diri masyarakat menjadi beberapa faktonya.

Memang tidak gampang memenuhi target menghidupkan Sungai Musi meliputi keseluruhan daerah sungai cabang Sungai Musi dalam waktu hitungan jari. Namun kalau terlebih dahulu dipusatkan pada kawasan kota Palembang sebagai pusat wisata sedangkan daerah lain, luar Palembang, difokuskan penataan kawasan maka menghidupkan Sungai Musi bukanlah menjadi rencana lagi. Pendapatan yang diperoleh dari sektor wisata ini dapat digunakan untuk menghidupkan kawsan Sungai Musi di daerah lain.

Langkah pertama yang seharusnya dilakukan pemerintah provinsi yaitu mengadakan pengerukan. Pengerukan ini perlu karena kondisi Sungai musi yang telah mengalami pendangkalan dan keruh. Aktivitas penambangan, hasil limbah industri dan rumah tangga cukup berperan menciptakan kondisi ini.

Kemudian pemerintah provinsi juga memfasilitasi dibangunnya tempat sanitasi di darat untuk masyarakat yang berada di pinggiran sungai. Karena mayoritas penduduk yang tinggal di daerah tepian sungai ini merupakan golongan ekonomi ke bawah.

Membangun kawasan pusat wisata sungai di Palembang lebih tepatnya, untuk tahap awal, dengan memfokuskan pada rute sederhana dahulu yaitu Jembatan Ampera-Pulau Kemaro. Pembangunan pusat wisata sungai ini dapat dimulai dengan penataan kawasan di bawah Jembatan Ampera di antaranya, relokasi pedagang kai lima agar terlihat lebih rapi, penanaman pohon di beberapa titik agar udara sekitar pada saat siamg akan terasa lebih sejuk.

Sosialisasi pada masyarakat Palembang juga dibutuhkan untuk meningkatkan kesadaran membantu menyukseskan program wisata sungai, yang tidak lain merupakan program bersama. Selain itu transportasi sungai untuk tujuan wisata juga perlu ditingkatkan baik dari segi fasilitas maupun pelayanan. Perahu atau kapal yang dibuat menarik sedemikan rupa mampu menjadi nilai tambah, dan lebih lengkap jika dengan adanya pelayanan professional.

Untuk menjadi referensi program ini yaitu Kota Venesia yang terkenal dengan Sungai Venice-nya. Pemerintah Venesia mampu melihat dan mengembangkan potensi dari sungai ini. Bangunan-bangunan yang berdiri di pinggiran sungai yang jernih dengan gondola yang berseliweran mengangkut penumpangnya, selalu menjadi salah satu tujuan wisatawan mancanegara. Para pendayung gondola pun tidak sekedar membawa penumpang ke tempat tujuan, tetapi juga menyumbangkan suara khas penyayi Italia, walau tidak sekaliber Papparotti. Namun hal ini cukup mendatangkan suasana khas Italia.

Sungai Musi pun memiliki potensi yang besar untuk menjadi wisata sungai internasional, jika pemerintah dan masyarakatnya mau bekerjasama.

Semburat Jingga Senja


Pada sebuah semburat jingga senja, Saya tersenyum. Tersenyum untuk cerita yang pernah ada juga tokoh-tokoh yang pernah berperan dalam episode hidup Saya.
Banyak hal dalam tiap episode hidup kita. Semua telah ditetapkan olehNya. Hanya saja kita diberikan kebebasan untuk memilih jalan yang akan kita tempuh untuk meraih tiap ketetapan itu.

"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir."
(Q.S 76:3)

Selanjutnya kita diberikan juga kesempatan untuk mengambil hikmah dari tiap episode tersebut. Bagaimana cara kita memaknai setiap ketetapanNya, ketetapan yang menyenangkan bagi kita atau ketetapan yang pada awalnya tampak seperti musibah.

Ambil sejenak waktu mu untuk mulai merenungkan hakikat penciptaan mu, juga tiap nikmat yang Allah curahkan. Bagaimana bisa kita terkadang menomorduakan atau bahkan menomor sekian kan dalam penghambaan kita? Padahal Ia tak pernah lelah mencurahkan nikmatNya. Sedangkan bila kita disuruh untuk menemui orang penting, semacam manager atau presiden, kita pun bergegas, mengenakan pakaian bagus dan jangan sampai kita terlambat. Lantas, bagaimana ketika kita Allah telah memanggil kita? Tak jarang, hanya ujung waktu yang kita berikan. Pakaian untuk menghadapnya pun terkadang tidak terlalu kita risaukan. Betapa teganya kita? Sedang Ia dengan kelembutanNya tetap menyayang.

Banyak hal yang bisa kita jadi kan bahan perenungan, tentang keMahaanNya. Dalam setiap kesalahan yang kita buat, bila kita menyadari hanya Ia lah yang Maha Sempurna dan kita pun akan menyadari hakikat manusia yang lemah. Dari adanya kesadaran tersebut maka kita pun akan tidak mudah membenci manusia yang telah mendzhalimi kita. Karena kita hanyalah sesama manusia yang penuh kedhaifan. Bisa jadi orang tersebut salah, tapi kita juga terkadang tidak semuanya benar. Bukankah ada aksi maka ada reaksi?

Itulah yang Saya rasakan. Mencoba selalu menggambar senyum pada sang hati. Mungkin beberapa cerita di masa lalu ditutup dengan tidak menyenangkan. Tapi apa gunanya mengutuk yang lalu tanpa ujung.

Jangan terlalu memikirkan masa lalu, sebab engkau bisa sedih dan malu. Percayalah bahwa masa lalu akan membuatmu menghargai waktu bila engkau menjadikannya pelajaran terbaik bagi dirimu. Jangan sesali apa pun yang sudah berlalu; jangan biarkan engkau terus menangisinya dengan pilu. Yang harus engkau sadari adalah, bagaimana sekarang engkau memperlakukan diri. Apakah engkau sudah benar melewati setiap saatmu di kehidupanmu sekarang? Karena itu, isilah waktumu dengan istiqamahnya ibadah, sadari kekuranganmu dengan muhasabah, lalu perbaikilah dengan taubah. Maka biarkan saja masa lalumu jadi musibah, yang penting sekarang engkau menjadi pribadi yang berubah. Berjalanlah menujuNya dengan tekun dan tabah. (Al-Hikam)

Saya punya sahabat terbaik, di mana Saya tidak perlu berbohong dan menutupi segala rasa yang ada. Saya bisa dengan bebas bermanja, merengek dan menangis. Sahabat yang selalu ada dalam tiap keaadaan Saya. Allah SWT ialah "Sahabat" terbaik ku.