Sabtu, 14 Januari 2012

Trend Perjuangan Indonesia Era Demokrasi


Masih ingat mata pelajaran Sejarah pada masa sekolah dulu? Pada umumnya materi pelajarannya berkisar pada cerita perjuangan merebut kemerdekaan. Perjuangan melawan kolonial, baik dengan kekuatan atau pun ideologi. Sosok berkararakter kuat, berpendirian, visioner dan peduli terhadap rakyat kecil pun tergambar kuat dalam benak kita. Bagaimana dengan keras dan pantang mundurnya para pahlawan berusaha menggusur kolonial dari tanah air. Inilah tipe perjuangan zaman pra kemerdekaan.

Beda zaman, beda pula medannya. Saat ini tidak ada lagi meneer yang hilir mudik di pedesaan yang merongrong rakyat untuk meminta secara paksa akan hasil keringat mereka. Upeti itu lah nama yang lebih familiar. Bukan zamannya lagi menuntut dengan mengacungkan bambu runcing. Tahu potret perjuangan sekarang? Tentunya dipengaruhi medan juangnya juga.

Ini zaman reformasi, bung. Setiap orang bebas bersuara, menyatakan pendapat. Begitulah sekarang. Musuh bukan lagi para meneer berambut pirang. Tapi saudara setanah air sendiri. Setiap harinya mata dan telinga kita telah dibiasakan dengan kabar kreativitas para pengunjuk rasa dari berbagai penjuru pulau. Bakar ban, bakar gedung, bakar diri, jahit mulut. Dan yang terbaru, yang lebih menggelikan adalah wakil rakyat desa (Kepala desa beserta perangkatnya) mendemo wakil rakyat pula (Presiden dan keroconya).

Dari demo para kepala desa itu seharusnya kita pun bisa sama-sama mengkaji. Orang yang punya jabatan wakil rakyat pun tidak didengarkan oleh wakil rakyat yang lebih tinggi. Wajar saja kalau rakyat biasa lebih memilih memprotes menghakimi diri sendiri dengan cara jahit mulut dan bakar diri. Atau bisa jadi juga di negeri ini sebenarnya isinya lebih banyak orang-orang yang ngotot ingin segera diwujudkan keinginannya.

Tidak heran jika sekarang seminar atau pelatihan yang dipadati oleh pesertanya adalah yang berbicara tentang pemulihan jiwa, hypnotheraphy, atau bisa dikatakan cara mengatasi diri sendiri.

Inilah realita sekarang. Perjuangan yang tidak lagi menyakiti orang lain untuk mendapatkan keadilan, tapi malah menyakiti diri sendiri. Dan juga bukan lagi perjuangan melawan orang lain, tapi perjuangan melawan (ego) diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar