Minggu, 25 Desember 2011

Menikmati Sungai Musi dari Berbagai Sudut Jembatan Ampera




Pemenang Lomba Essay Jelajah Musi-Kompas

Dulu dan Kini

Ketika kata “Sungai Musi” diucapkan, apa yang langsung muncul di benak Anda? Banyak yang akan langsung teringat pada Jembatan Ampera. Jembatan yang terbentang di atas sungai Musi dengan panjang 1.177 meter, lebar 22 meter dan tinggi 11,50 meter di atas permukaan air. Dulu, jembatan ini pada bagian tengahnya dapat daingkat dan dilalui kapal yang memiliki tinggi maksimum 44, 50 meter.

Ada juga yang berpikir, terutama yang berasal dari luar Sumatera Selatan, bahwa Sungai Musi itu sungai yang terletak persis di bawah Jembatan Ampera. Padahal Sungai Musi panjangnya mencapai 720 km. Sungai yang membelah Propinsi Sumatera Selatan dari Timur ke Barat ini bercabang-cabang. Sungai Musi memiliki delapan anak sungai besar yaitu, Sungai Komering, Ogan Lematang, Kelingi, Lakitan, Semangus, Rawas dan Batanghari Leko.

Sungai Musi dan Jembatan Ampera menjadi salah satu kebanggan Sumatera Selatan, tak terkecuali saya. Pada era 1990an, saya selalu menanti kesempatan diajak oleh orang tua saya jalan-jalan ke Palembang. Karena saya suka sekali menaiki Perahu Ketek dan Perahu Motor (Speed Boat). Saya berasal dari Kota Prabumulih, sehingga jika ke Palembang saya harus menggunakan bus umum jurusan Palembang-Prabumulih. Bus ini menurunkan penumpangnya di daerah Seberang Ulu Sungai Musi tepatnya di bawah Jembatan Ampera, daerah ini disebut Bawah Proyek. Dari Bawah proyek ini tujuan keluarga saya ialah daerah Seberang Ilir, pusat kota Palembang. Untuk menyebrang kami harus menggunakan jalur air dengan Ketek atau juga bisa dengan Perahu Motor. Karena saat itu transportasi umum dengan jalur darat masih sangat sedikit.

Saya sangat menikmati ketika duduk di dalam alat transportasi air ini, merasakan deru angin yang menyibakkan rambut. Atau biasanya saya menikmati pemandangan di bawah Ketek dengan air yang masih jernih serta pemandangan sekitar sungai yang disebut sebagai Batanghari Sembilan ini. Banyak Perahu Ketek, Perahu Tongkang, Rakit dan Perahu Motor yang berpapasan dengan kami. Hal ini menandakan bahwa dulunya masyarakat masih banyak bergantung pada alat transportasi ini.

Kalimat Lain Dulu Lain Sekarang dapat dilekatkan dengan suasana daerah Sungai Musi, terutama di kawasan Kota Palembang. Sekarang tidak banyak lagi masyarakat yang menggunakan transportasi air sebagai angkutan umum untuk menyebrang. Perahu Tongkang, Rakit, dan Ketek sekarang sering digunakan untuk mengangkut barang dan hasil bumi. Transportasi darat yang sudah semakin lancar menjadi salah satu faktornya.

Cara Menikmati Sungai Musi

Sungai Musi, khususnya kawasan bawah Jembatan Ampera bagian Seberang Ilir, merupakan kawasan pusat wisata sejarah. Hal ini tidak terlepas dari peran Sungai Musi pada zaman Kerajaan Sriwijaya yang menjadi jantung kerajaan. Banyak peninggalan sejarah yang berada di tepian sungai ini. Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak (BKB), Monpera (Monumen Penderitaan Rakyat), Kantor Ledeng, sekarang Kantor Walikota Palembang, Masjid Agung Palembang yang dibangun oleh Sultan Mahmud Badarudin I, hingga Museum Sultan Mahmud Badaruddin II yang berdiri di lokasi Benteng Kuto Lamo bersebelahan dengan BKB. Bangunan-banguan ini baru sebatas bangunan sejarah yang ada di seputaran Jembatan Ampera yang dapat dinikmati hanya dengan berjalan kaki, karena kawasannya yang tidak berjauhan.

Saya sendiri sering duduk di tepian Sungai Musi, di area dermaga wisata Benteng Kuto Besak. Di tempat ini terdapat pagar pembatas dengan sungai yang terbuat dari semen. Selain itu terdapat beberapa bangku yang juga terbuat dari semen. Saya memilih waktu sore hari untuk menikmati pemandangan di tepian Sungai Musi ini.

Pedagang kaki lima semakin banyak ketika malam mulai menjelang, karena pada waktu inilah masyarakat yang berdatangan pun bertambah. Terlebih jika digelar pertunjukan di atas panggung yang dibangun pemerintah di kawasan ini.

Pilihan menikmati Sungai Musi di bawah Jembatan Ampera menjelang malam, bukan tanpa alasan. Selain udara yang cukup panas saat siang hari, Jembatan Ampera menjadi daya tarik sendiri. Ketika gelap mulai menyelimuti Kota Palembang, lampu-lampu yang dipasang di jembatan ini seakan menyihir mata. Seperti melihat bintang-bintang yang tergantung rendah. Kendaraan milik pengunjung pun ikut menyesaki kawasan bawah Jembatan Ampera daerah Seberang ilir ini tiap malamnya. Menandakan bahwa masyarakat tidak pernah bosan untuk menikmati suasana di sini.

Tidak perlu takut kelaparan bila berada di seputaran tepian Sungai Musi BKB, karena pedagang makanan pun menjamur. Dari makanan tradisional (pempek, mie celor, model dan lain-lain) hingga makanan dari daerah lain (bakso, mie ayam, dan lain-lain). Ada juga warung terapung yang menyajikan makanan khas Palembang.

Pada pagi hari, terutama saat hari libur, kawasan ini dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai arena olahraga. Banyak yang menjalani aktivitas lari pagi dan Senam Kesegaran Jasmani.

Tidak hanya dari kawasan bawah Jembatan Ampera kita dapat menikmati pesona Sungai Musi dan perangkatnya. Dari atas jembatan pun keelokan Sungai Musi dapat dirasakan. Pada malam hari cobalah untuk melemparkan pandangan ke arah kawasan Pasar 16 Ilir. Maka mata pun akan terpana seperti melihat kota terapung karena pesona perpaduan lampu-lampu yang berasal dari PT Pusri Sriwijaya dan Pertamina yang terletak di pinggir sungai.dengan gelapnya Sungai Musi.

Menghidupkan Sungai Musi

Upaya menghidupkan Sungai Musi tidaklah mudah. Karena luas Sungai Musi sendiri tidak hanya sebatas sungai yang berada di pusat kota Palembang, tapi meliputi sungai-sungai yang menjadi cabangnya yang berada di beberapa daerah, di antaranya Kabupaten Empat Lawang, Musi Banyuasin dan Banyuasin.

Kadang terbesit di pikiran saya, mengimpikan Sungai Musi menjadi Venice-nya Indonesia. Terlebih saat melintasi Jembatan Ampera, akankah rasa kebangaan saya akan terus bertahan. Keraguan ini muncul seiring dioperasikannya jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) yang juga tak kalah mampu menahan decak kagum orang yang melihatnya. Tapi perasaan itu sedikit terhibur ketika malam menjelang karena indahnya pemandangan kolaborasi Sungai Musi, Jembatan Ampera dan cahaya-cahaya dari lampu-lampu daerah sekitar.

Namun sayang sekali karena kawasan ini hanya dapat memberikan pemandangan yang membanggakan tersendiri pada malam hari. Saya sendiri agak enggan melihatnya. Karena di siang hari terlihat jelas keruhnya air Sungai Musi.

Banyak faktor yang menyebabkan keruhnya Sungai Musi. Sanitasi yang buruk, limbah industri dan rumah tangga, aktivitas penambangan dan tidak adanya kesadaran dalam diri masyarakat menjadi beberapa faktonya.

Memang tidak gampang memenuhi target menghidupkan Sungai Musi meliputi keseluruhan daerah sungai cabang Sungai Musi dalam waktu hitungan jari. Namun kalau terlebih dahulu dipusatkan pada kawasan kota Palembang sebagai pusat wisata sedangkan daerah lain, luar Palembang, difokuskan penataan kawasan maka menghidupkan Sungai Musi bukanlah menjadi rencana lagi. Pendapatan yang diperoleh dari sektor wisata ini dapat digunakan untuk menghidupkan kawsan Sungai Musi di daerah lain.

Langkah pertama yang seharusnya dilakukan pemerintah provinsi yaitu mengadakan pengerukan. Pengerukan ini perlu karena kondisi Sungai musi yang telah mengalami pendangkalan dan keruh. Aktivitas penambangan, hasil limbah industri dan rumah tangga cukup berperan menciptakan kondisi ini.

Kemudian pemerintah provinsi juga memfasilitasi dibangunnya tempat sanitasi di darat untuk masyarakat yang berada di pinggiran sungai. Karena mayoritas penduduk yang tinggal di daerah tepian sungai ini merupakan golongan ekonomi ke bawah.

Membangun kawasan pusat wisata sungai di Palembang lebih tepatnya, untuk tahap awal, dengan memfokuskan pada rute sederhana dahulu yaitu Jembatan Ampera-Pulau Kemaro. Pembangunan pusat wisata sungai ini dapat dimulai dengan penataan kawasan di bawah Jembatan Ampera di antaranya, relokasi pedagang kai lima agar terlihat lebih rapi, penanaman pohon di beberapa titik agar udara sekitar pada saat siamg akan terasa lebih sejuk.

Sosialisasi pada masyarakat Palembang juga dibutuhkan untuk meningkatkan kesadaran membantu menyukseskan program wisata sungai, yang tidak lain merupakan program bersama. Selain itu transportasi sungai untuk tujuan wisata juga perlu ditingkatkan baik dari segi fasilitas maupun pelayanan. Perahu atau kapal yang dibuat menarik sedemikan rupa mampu menjadi nilai tambah, dan lebih lengkap jika dengan adanya pelayanan professional.

Untuk menjadi referensi program ini yaitu Kota Venesia yang terkenal dengan Sungai Venice-nya. Pemerintah Venesia mampu melihat dan mengembangkan potensi dari sungai ini. Bangunan-bangunan yang berdiri di pinggiran sungai yang jernih dengan gondola yang berseliweran mengangkut penumpangnya, selalu menjadi salah satu tujuan wisatawan mancanegara. Para pendayung gondola pun tidak sekedar membawa penumpang ke tempat tujuan, tetapi juga menyumbangkan suara khas penyayi Italia, walau tidak sekaliber Papparotti. Namun hal ini cukup mendatangkan suasana khas Italia.

Sungai Musi pun memiliki potensi yang besar untuk menjadi wisata sungai internasional, jika pemerintah dan masyarakatnya mau bekerjasama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar