Minggu, 25 Desember 2011

Semburat Jingga Senja


Pada sebuah semburat jingga senja, Saya tersenyum. Tersenyum untuk cerita yang pernah ada juga tokoh-tokoh yang pernah berperan dalam episode hidup Saya.
Banyak hal dalam tiap episode hidup kita. Semua telah ditetapkan olehNya. Hanya saja kita diberikan kebebasan untuk memilih jalan yang akan kita tempuh untuk meraih tiap ketetapan itu.

"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir."
(Q.S 76:3)

Selanjutnya kita diberikan juga kesempatan untuk mengambil hikmah dari tiap episode tersebut. Bagaimana cara kita memaknai setiap ketetapanNya, ketetapan yang menyenangkan bagi kita atau ketetapan yang pada awalnya tampak seperti musibah.

Ambil sejenak waktu mu untuk mulai merenungkan hakikat penciptaan mu, juga tiap nikmat yang Allah curahkan. Bagaimana bisa kita terkadang menomorduakan atau bahkan menomor sekian kan dalam penghambaan kita? Padahal Ia tak pernah lelah mencurahkan nikmatNya. Sedangkan bila kita disuruh untuk menemui orang penting, semacam manager atau presiden, kita pun bergegas, mengenakan pakaian bagus dan jangan sampai kita terlambat. Lantas, bagaimana ketika kita Allah telah memanggil kita? Tak jarang, hanya ujung waktu yang kita berikan. Pakaian untuk menghadapnya pun terkadang tidak terlalu kita risaukan. Betapa teganya kita? Sedang Ia dengan kelembutanNya tetap menyayang.

Banyak hal yang bisa kita jadi kan bahan perenungan, tentang keMahaanNya. Dalam setiap kesalahan yang kita buat, bila kita menyadari hanya Ia lah yang Maha Sempurna dan kita pun akan menyadari hakikat manusia yang lemah. Dari adanya kesadaran tersebut maka kita pun akan tidak mudah membenci manusia yang telah mendzhalimi kita. Karena kita hanyalah sesama manusia yang penuh kedhaifan. Bisa jadi orang tersebut salah, tapi kita juga terkadang tidak semuanya benar. Bukankah ada aksi maka ada reaksi?

Itulah yang Saya rasakan. Mencoba selalu menggambar senyum pada sang hati. Mungkin beberapa cerita di masa lalu ditutup dengan tidak menyenangkan. Tapi apa gunanya mengutuk yang lalu tanpa ujung.

Jangan terlalu memikirkan masa lalu, sebab engkau bisa sedih dan malu. Percayalah bahwa masa lalu akan membuatmu menghargai waktu bila engkau menjadikannya pelajaran terbaik bagi dirimu. Jangan sesali apa pun yang sudah berlalu; jangan biarkan engkau terus menangisinya dengan pilu. Yang harus engkau sadari adalah, bagaimana sekarang engkau memperlakukan diri. Apakah engkau sudah benar melewati setiap saatmu di kehidupanmu sekarang? Karena itu, isilah waktumu dengan istiqamahnya ibadah, sadari kekuranganmu dengan muhasabah, lalu perbaikilah dengan taubah. Maka biarkan saja masa lalumu jadi musibah, yang penting sekarang engkau menjadi pribadi yang berubah. Berjalanlah menujuNya dengan tekun dan tabah. (Al-Hikam)

Saya punya sahabat terbaik, di mana Saya tidak perlu berbohong dan menutupi segala rasa yang ada. Saya bisa dengan bebas bermanja, merengek dan menangis. Sahabat yang selalu ada dalam tiap keaadaan Saya. Allah SWT ialah "Sahabat" terbaik ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar